KEJAHATAN SEKSUAL SALAH SIAPA?!?!?!?!
PELECEHAN seksual tak jarang Anda dengar terjadi kepada wanita. Namun
sayangnya, beberapa kasus seperti membalikkan keadaan, justru wanita yang
disalahkan karena pemakaian busana yang mengundang syahwat pria.
Lantas, apakah wanita salah? Berikut
tanggapan dari Miss Indonesia 2016, Natasha Mannuela kepada Okezone,
Sabtu (26/3/2016).
"Wanita tidak salah."
Inilah tanggapan pertama dari gadis yang akrab disapa Acha ini. Menurutnya,
sekarang semua orang bebas berekspresi, dan wanita juga berhak atas itu. Namun,
memang sebaiknya tahu bagaimana berbusana dan di mana dia beraktivitas.
"Di luar aspek dari wanita
sendiri, yang benar-benar seharusnya ditangani dan disalahkan ya memang
pelakunya. Pelecehan yang terjadi kuat menandakan bahwa pelaku memiliki
kebobrokan moral yang harus diperbaiki agar bisa menahan nafsunya," tegas
Natasha.
Psikolog
Universitas Negeri Makassar (UNM), Eva Meizara, mengapresiasi keputusan
pemerintah pusat, telah memberlakukan hukuman kebiri bagi pelaku kejahatan
seksual terhadap anak. Menurutnya, hukuman kebiri tersebut, secara tidak
langsung akan mengurangi angka kekerasan seksual terhadap anak nantinya.
"Tapi yang harus dipikirkan kembali, bagaimana upaya pencegahannya.
Seperti bagaimana menyikapi medsos, karena medsos, bisa jadi salah satu
penyebab terjadinya kejahatan seksual dan kerusakan moral anak-anak kita,” kata
Eva kepada Rakyatku.com, Kamis (26/5/2016).Eva menjelaskan, erat internet, khususnya media sosial (medsos), merupakan salah satu penyebab pelaku memiliki niat melakukan kejahatan seksual. Facebook, Twitter, Instagram dan beberapa media sosial sejenisnya, dengan mudah memberikan infomasi mengenai dunia seks.
Bahkan,lanjut Eva, rusaknya moral pelajar, salah satunya juga diakibatkan media sosial. Mengingat medsos tersebut, cenderung menghasut seseorang agar melakukan hubungan seks.
“Anak juga tidak bisa disalahkan sepenuhnya, ini tanggung jawab kita bersama, bagaimanan peran lingkungan dan orang tua dalam memberikan fasiltas kepada anaknya. Namun kalau mau serius merubah total, pemerintah harus tegas menyikapi medsos tersebut, terutama kontennya” pungkasnya.
Pelecehan seksual biasanya terjadi di tempat umum
yang sempit yang memungkinkan terjadinya gesekan dan sentuhan antara lawan
jenis seperti kereta commuter, bis kota dan angkutan kota. Pelakunya umumnya
adalah laki-laki dan korbannya adalah perempuan. Siapa yang patut disalahkan?
Secara hukum, yang salah adalah pelaku. Pada setiap perbuatan kejahatan, maka
yang harus disalahkan adalah pelaku dalam hal ini laki-laki. Itulah sebabnya,
yang diinterogasi dan ditahan oleh polisi dalam kasus pelecehan seks atau perkosaan
adalah laki-laki sebagai pelaku, bukan perempuan sebagai korban. Adakah kasus
pelecehan di mana korban disalahkan oleh pihak penegak hukum? Tidak ada.
Anggapan anda bahwa wanita yang disalahkan mungkin ditinjau dari perspektif sosial masyarakat. Secara nilai sosial, memang masyarakat menginginkan agar wanita berpakaian elegan dan etis dengan cara tidak membuka auratnya atau memakai baju yang sangat ketat dan seksi sampai ke level yang membuat laki-laki terstimulasi nafsu syahwatnya. Tentu adalah hak perempuan itu sendiri untuk berpakaian menurut kemauan mereka, akan tetapi etika sosial dan tuntunan agama mengajarkan agar perempuan (dan laki-laki) memakai baju yang pantas di tempat umum.
Harian Global Times menerbitkan sebuah survei online yang di adakan di China (link: http://goo.gl/GL5249) menyatakan bahwa 65.1 persen responden menganggap bahwa wanita hendaknya memakai pakain yang pantas agar tidak terjadi pelecehan di kereta metro.
Selagi lagi kesalahan utama adalah laki-laki sebagai pelaku, namun perempuan sebagai korban juga harus introspeksi. Ibarat apabila ada rumah yang disatroni maling karena ditinggalkan penghuningan dalam keadaan tidak terkunci, siapa yang harus disalahkan? Tentu saja pencurinya. Tapi pemilik rumah juga harus mawas diri untuk tidak membiarkan rumahnya dicuri dengan cara dikunci dengan rapat kalau perlu dipasang CCTV, dst. Begitu juga perempuan, kalau dengan berpakaian minim mendapat pelecehan, maka tentu yang salah adalah pelaku. Namun pada waktu yang sama, itu waktu yang tepat bagi wanita untuk mawas diri terutama dalam berpakaian dan bersikap di depan umum.
Dalam kasus di mana pelecehan itu terjadi pada wanita yang sudah berpakaian sopan dan berperilaku sopan, maka tentu kesalahan dalam hal ini 100% berada di pundak si pelaku. Sebagaimana rumah yang sudah terkunci rapat dan dikawal satpam masih juga dirampok.
Kejahatan dilakukan itu karena dua kemungkinan: 1. Pelaku memang jahat; 2. Pelaku termotivasi untuk jahat karena adanya kesempatan.
Kesimpulan: kesalahan dari pelecehan adalah laki-laki. Namun, perempuan juga disarankan untuk mawas diri dalam berpakaian, berdandan dan bersikap di depan umum agar tidak memotivasi laki-laki untuk berbuang iseng.
Anggapan anda bahwa wanita yang disalahkan mungkin ditinjau dari perspektif sosial masyarakat. Secara nilai sosial, memang masyarakat menginginkan agar wanita berpakaian elegan dan etis dengan cara tidak membuka auratnya atau memakai baju yang sangat ketat dan seksi sampai ke level yang membuat laki-laki terstimulasi nafsu syahwatnya. Tentu adalah hak perempuan itu sendiri untuk berpakaian menurut kemauan mereka, akan tetapi etika sosial dan tuntunan agama mengajarkan agar perempuan (dan laki-laki) memakai baju yang pantas di tempat umum.
Harian Global Times menerbitkan sebuah survei online yang di adakan di China (link: http://goo.gl/GL5249) menyatakan bahwa 65.1 persen responden menganggap bahwa wanita hendaknya memakai pakain yang pantas agar tidak terjadi pelecehan di kereta metro.
Selagi lagi kesalahan utama adalah laki-laki sebagai pelaku, namun perempuan sebagai korban juga harus introspeksi. Ibarat apabila ada rumah yang disatroni maling karena ditinggalkan penghuningan dalam keadaan tidak terkunci, siapa yang harus disalahkan? Tentu saja pencurinya. Tapi pemilik rumah juga harus mawas diri untuk tidak membiarkan rumahnya dicuri dengan cara dikunci dengan rapat kalau perlu dipasang CCTV, dst. Begitu juga perempuan, kalau dengan berpakaian minim mendapat pelecehan, maka tentu yang salah adalah pelaku. Namun pada waktu yang sama, itu waktu yang tepat bagi wanita untuk mawas diri terutama dalam berpakaian dan bersikap di depan umum.
Dalam kasus di mana pelecehan itu terjadi pada wanita yang sudah berpakaian sopan dan berperilaku sopan, maka tentu kesalahan dalam hal ini 100% berada di pundak si pelaku. Sebagaimana rumah yang sudah terkunci rapat dan dikawal satpam masih juga dirampok.
Kejahatan dilakukan itu karena dua kemungkinan: 1. Pelaku memang jahat; 2. Pelaku termotivasi untuk jahat karena adanya kesempatan.
Kesimpulan: kesalahan dari pelecehan adalah laki-laki. Namun, perempuan juga disarankan untuk mawas diri dalam berpakaian, berdandan dan bersikap di depan umum agar tidak memotivasi laki-laki untuk berbuang iseng.
1 comments
Ooh jadi wanita itu gak salah yaa mba.. yang salah cowo ternyata.
BalasHapus